Wednesday, 5 March 2014

METODE ILMIAH DAN PENALARAN.

PENGERTIAN METODE ILMIAH


1. Metode                    :Cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah sistematis
2. Metodologi                         :Pengkajian yang mempelajari peraturan-peraturan dari metode tersebut
3. Metodologi Ilmiah : Pengkajian dari peraturan-peraturan dalam metode ilmiah
    Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”

Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini. Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.

KRITERIA METODE ILMIAH

Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakah ukuran objektif.
Menggunakan teknik kuantifikasi.
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

TUJUAN  METODE ILMIAH

Tujuan metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.secara luas di simpulkan bahwa tujuan metode ilmiah yaitu:
1. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
3.  Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada dasarnya penelitian diadakan untuk membuktikan suatu kebenaran dengan cara tertenetu dan sesuai dengan aturan yang ada sehingga dapat diterima. Dan pada dasarnya manusia mempunyai sifat ingin tahu akan suatu hal yang ada. Dan cara pembuktiannya  dengan menggunakan metode penelitian.

Dalam pelaksanaan suatu metode penelitian dibutuhkan cara atau pelaksanaan kegiatan yang tepat sesuai aturan yang ada. Dan yang paling penting harus paham betul mengenai metode penelitian yang baik dan benar. Bukan hanya sekedar melaksanakan kegiatan dalam pengujian kebenaran akan tetapi tidak paham mengenai penelitian itu sendiri.

Oleh sebab itu dalam makalah ini banyak membahas mengenai  metode penelitian yang benar yang bertujuan agar setiap orang yang melakukan penelitian harus sesuai dengan aturan yang berlaku dan dapat diterima oleh  semua kalangan.

PENGERTIAN

Metode penelitian terdiri dari dua kata yaitu “ metode” dan “penelitian”. berikut ini penjelasan arti kata tersebut.

Metode
            Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang artinya  cara  atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian metode,  antara lain :

-          Sulistyo, Basuki (2010 : 92)
           Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapi tujuan akhir.
-          Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007 : 1)
           Metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.
-          Titus
           Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
-          Drs. Agus M. Hardjana
           Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak – masak dan dilakukan dengan       mengikuti langkah – langkah tertentu guna mencapai tujuan  yang hendak dicapai.
-          Rosdy Ruslan
           Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja ( sistematis ) untuk memahami suatu subyek atau objek penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahanya.

Penelitian
            Penelitian atau juga bisa disebut research yang berasal dari kata re dan to search adalah mencari kembali karena sebelumnya sudah ada ( meneliti kembali atau menyimpulkan kembali) yang sebelumnya ada prosenya yang tujuan untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan tertentu.
            Pendapat beberapa ahli mengenai arti kata penelitian :
-          Suharsimi Arikunto (2010 : 1)
Penelitian adalah suatu kegiatan monopoli para ahli.
-          Sulistyo dan Basuki ( 2010 : 20 )
           Penelitian adalah penyidikan khusus berencana, dan berstruktur terhadap pengetahuan.
-          Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Achmad ( 2007 : 1 )
           Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
-          Dr. Saifuddin Azwar, MA ( 2009 : 1 )
           Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.


-          Prof. Dr Nana Syaodih Sukmadinata ( 2010 : 5 )
           Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumlan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode penelitian
          Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian metode ilmiah diantaranya :
-         Nasir ( 1988 : 51)
Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atasmasalah yang diajukan.
-         Sugiyono ( 2004 : 1 )
          Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan            kegunaan tertentu.
-         Winarno  (1994)
          Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan teknik yang teliti dan sistematik.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu atau cara dalam mendapatkan suatu tujuan agar dalam membuktikan suatu kebenaran yang lebih mengarah pada cara ilmiah.

HAKIKAT PENELITIAN ILMIAH

Penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematik dan obyektif untuk mengkaji suatu masalah dalam usaha untuk mencapai suatu pengertian mengenai prinsip – prinsipnya yang mendasar dan berlaku umum (teori) mengenai masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan, berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai teori – teori) yang telah dihasilkan dalam penelitian – penelitian terdahulu, dan tujuanya adalah untuk menambah atau menyempurnakan teori yang telah ada mengenai masalah yang menjadi sasaran kajian.

Penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah dan mengikuti cara – cara ilmiah yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan bukan secara kebetulan dan lebih menggunakan penalaran atau aplikasi berfikir deduktif dan induktif. Cara ilmiah sendiri menurut Sulistyo Basuki (2010) meliputi :
-       Bebas dari sentimen pribadi, obyektif
-       Terbuka, dapat diulang oleh ilmuan lain dengan metode yang sama
-       Rasa ingin tahu
-       Menghargai karya orang lain
-       Mempertahankan kebenaran
-       Kritis
-       Menjangkau ke masa depan

Selain itu penelitian ilmiah dikatakan ilmiah jika dalam kegiataanya didasarkan pada karateristik keilmuan yaitu :
-        Rasional :
         Penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penlaran manusia.
-          Empiris :
           Menggunakan cara- cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan     panca indera manusia.
-          Sistematis :
           Menggunakan proses dengan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis.

PERAN METODE ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN ILMU

Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat berkembang dengan sendirinya akan tetapi dapat berkembang jika adanya suatu metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan jalan menemukan fakta-fakta secara ilmiah tana adanya rekayasa di dalamnya dan memberikan penafsirannya yang benar, serta dengan adanya metode ilmiah yang dilakukan bertujuan untuk memperbarui ilmu pengetahuan yang sudah ada. Metode ilmiah sendiri dalam memperoleh kebenaran dala ilmu pengetahuan dibangun diatas teori tertentu.

Pendapat Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sendiri memiliki tiga sifat utama yaitu :
1.         Sikap ilmiah
2.         Metode ilmiah
3.         Tersusun secara sistematis dan runtut

Sikap ilmiah menuntut orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat menyusun ilmu pengetahuan secara sistematik dan runtun.
Secara garis besar keduanya mempunyai peran atau tugas yang identik, tugas – tugastersebut antara lain :
-          Menyandra ( diskripsi )
           Menggambarkan secara jelas daan cermat, hal – hal yang dipersoalkan.
-          Menerangkan ( ekspansi )
           Menerangkan secara detil kondisi – kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa.
-          Menyusun teori
           Mencari dan merumuskan hukum – hukum, tata hubungan antara peristiwa yang satu              dengan yang lain.
-          Ramalan ( prediksi )
           Membuat prediksi ( ramalan ), estimasi ( taksiran ) dan proyeksi mengenai peristiwa yang bakal muncul bila keadaan itu didiamkan.
-          Pengendalian ( kontrol )
           Melakukan tindakan – tindakan guna mengatasi keadaan atau gejala yang bakal muncul.



Hasil dari suatu metode ilmiah dalam pengembangan ilmu sendiri mempunyai manfaat diantaranya :
-           Dapat dijadikan peta yang menggambarkan tentang keadaan suatu obyek yang sekaligus melukiskan tentang kemampuan sumber daya, kemungkinan–kemungkinan yang ditemukan di dalam melaksanakan sesuatu.
- Dapat dijadikan sebagai sarana diagnosisdalam mencari sebab musabah kegagalan,    sehingga dapat dengan mudah dicari upaya untuk menanggulanginya.
-  Dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan atau policy dalam menyusun strategi pengembangan selanjutnya.

KESIMPULAN

Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa
1.         Metode penelitian berasal dari dua kata yaitu metode yang artinya adalah cara kerja         dalam memahami suatu masalah sedangkan penelitian adalah mencari kembali karena sebelumnya sudah ada ( meneliti kembali atau menyimpulkan kembali) yang sebelumnya ada prosesnya dan tujuan untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu. Dari hal tersebut dapat disimpulakan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara dalam mendapatkan suatu tujuan atau dalam membuktikan suatu kebenaran yang lebih mengarah pada cara ilmiah.
2.   Hakekat dari penilitian ilmiah adalah penelitian yang menggunakan metode ilmiah, yang berdasarkan fakta yang ada. Dan sesuai dengan karateristik keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.
3.  Peran metode ilmiah terhadap pengembangan ilmu sangatlah penting, karena dengan adanya metode ilmiah maka ilmu akan lebih berkembang sesuai dengan fakta yang diperoleh dari hasil metode ilmiah yang sudah dibuat sebelumnya.

PENALARAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

A. Pengertian dan Jenis Penalaran
       Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
        Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.

1. Penalaran Induktif dan macamnya
       Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.




Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
Generalisasi.
       Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
2) Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.

Analogi
       Analogi adalah suatu proses yang bertolak belakang dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan mengisyaratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainnya”. Dengan demikian, dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
1) Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
2) Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.
       Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.

 Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
       Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
       Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:
1) Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
2) Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).

2. Penalaran Deduktif dan macamnya.         
        Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.
Contoh :
Semua makhluk hidup akan mati
Manusia adalah makhluk hidup
Karena itu, semua manusi akan mati.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
Pertama, generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenarannya.
Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.

Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
Silogisme
        Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.

       Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.
 Entinem
        Entiem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yag
kesusahan.

Apabila proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”B. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran

       Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1.  Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2.  Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
       Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1.  Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2.  Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.

C. Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
       Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh sederhana:
       Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
       Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1. Generalisasi yang terlalu luas
       Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:

 Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
       Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.

 Generalisasi apriori
       Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.

2. Kerancuan analogi
        Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”

3. Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
        Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
a. Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b. Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan

4. Kesalahan relevansi
       Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:

a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.

5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
       Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
       Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
        Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.

DAFTAR PUSTAKA
1.         Narbuko Cholid, H. Abu Achmadi. 2007. Metodeologi Penelitian. Cet 8. Jakarta: Bumi Aksara.
2.      Sulistiyono Basuki. 2010. Metode Penelitian. Cet 2. Jakarta: Penaku.
3.         Sukmadinata,Nana Syaodih.2010.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Pt Remaja Rosdakarya.
4.      Sugiyono.2012.Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D.Bandung:Alfabeta.
5.      Arikunto,Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipat.
6.      (http://artikata.com/arti-340805-Metode.html).
8. http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/29/apakah-yang-dimaksud-dengan-metode-ilmiah/
9.       http://classassignment.wordpress.com/2009/03/30/metode-ilmiah/
10.     http://girlycious09.wordpress.com/tag/tujuan-metode-ilmiah/
12.    http://azqiyaazumi.blogspot.com/2012/03/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah.html
13.     http://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/





No comments:

Post a Comment

< semua adalah sama benar dan menarik tak ada yang berbeda >