Thursday, 19 November 2015

E-Learning of jurnal

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan dan pelatihan. Namun bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak praktis) apabila hanya mengandalkan cara-cara pemecahan tradisional semata. Karena itu, berbagai strategi alternatif yang berkaitan dengan permasalahan perlu dikaji dan diterapkan.
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju. Berkembangnyateknologiilmuinformasidankomunikasimemberidampakterhadapberbagaisendikehidupan, termasukduniapendidikan.
Pendidikan jarak jauh atau dapat juga disebut sebagai pembelajaran jarak jauh, mungkin sudah mulai dilirik oleh para pelaku pendidikan untuk dijadikan salah satu solusi dari masalahpendidikandiatas. Lebih tepatnya lagi mulai menjadi “trend-center”  dalam dunia pendidikan kita. Sebenarnya istilah tersebut sudah lama digaungkan bahkan diterapkan oleh para pendidik maupun peserta didik dalam suatu proses pembelajaran yang dalam hal ini lebih banyak dilakukan secara terpisah di luar kelas. Secara terpisah disini berarti antara pendidik dan peserta didik tidak berada dalam satu ruangan yang sama bahkan waktunyanya pun bisa berbeda.
Perkembanganteknologi internet memberikannuansasistempendidikanjarakjauh yang lebihterbukalagi.Sistempembelajaran yang berbasis web yang popular dengansebutan electronic learning (e-learning), Web-Based Training (WBT) ataukadangdisebut Web-Based Education(WBE), kampusmaya (Virtual camous), m-learning(mobile learning) dan lain-lain sudahmulaidikembangkansecaraluas. Dengan keadaan yang demikianlah, belajar jarak jauh dan pendidikan terbuka/jarak jauh  akan menjadi pelopor memasuki dekade baru.



B.     RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksuddengan model pembelajaran e-learning?
2.      Teori-teoribelajarapa yang mendukung model pembelajaran e-learning?
3.      Bagaimanakahsintaks model pembelajaran e-learning?
4.      Apakelebihandankekurangan e-learning?

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan akan tercapai, setelah membaca dan memahami makalah ini, yakni sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian, karakteristikdan hakikat model pembelajarane-learning
2.      Mengetahui teori-teori belajar yang mendukung model pembelajaran e-learning
3.      Mengetahuisintaks model pembelajaran e-learning
4.      Mengetahuikelebihandankekurangan model pembelajaran e-learning








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian, PrinsipdanHakikat E-Learning
Sebelume-learninglahir, yang populerlebihduluialahComputer Assisted Instruction (CAI) danComputer Assisted Learning (CAL).Media yang digunakanberupadisket, PC (komputerpribadi) ataukomputermainframe yang diaksesmelaluiwork stationlokal.Awalnya, konsep CAI dan CAL diarahkan untuk menggantikan peran guru. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan komputer diantaranya komputer tidak mampu memberikan interaksi sosial yang maksimal, sehingga kedua konsep itu dikombinasikan dengan guru.
Setelah komputer terhubung ke jaringan (dan kini bahkan jaringan antar jaringan alias internet), istilahnya bergeser menjadi e-learning. Di situlah terjadi perubahan paradigma dari teaching menjadi learning. Dengan demikian, pemanfaatan e-Learning dipusatkan pada kegiatan belajar, bukan mengajar.
E-learning bukan sekadar bermain dan berselancar di dunia maya, klik sana-sini untuk pindah dari satu situs ke situs lain, men-download, berlatih, mencerna, menjawab pertanyaan, menemukan, dan menyebabkan dirinya berubah, menjadi lebih cerdas, menjadi dapat belajar lebih banyak lagi.
Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning, yaitu:
a.       e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
b.      e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
c.       e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.
Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-Learning adalah pemanfaatan teknologi internet. e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-Learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-Learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalamhalini Cisco (2001) menjelaskanfilosofise-Learningsebagaiberikut:
a.       e-Learningmerupakanpenyampaianinformasi, komunikasi, pendidikan, pelatihansecara on-line.
b.      e-Learningmenyediakanseperangkatalat yang dapatmemperkayanilaibelajarsecarakonvensional (model belajarkonvensional, kajianterhadapbukuteks, CD-ROM, danpelatihanberbasiskomputer) sehinggadapatmenjawabtantanganperkembanganglobalisasi.
c.       e-Learningtidakberartimenggantikan model belajarkonvensional di dalamkelas, tetapimemperkuat model belajartersebutmelaluipengayaan content danpengembanganteknologipendidikan.

B.     Analisis Teori Belajar dalam Model Pembelajaran E-Learning
Berdasarkan beberapa halmenyangkut penjabaran tentang pembelajaran jarak jauh, baik pengertian, prinsip, faktor, dll, menurut kelompok Kami, ada tiga teori belajar utama yang digunakan sebagai dasar pembelajaran jarak jauh (E-Learning) yaitu behaviorisme, kognitivisme dan konstrukstivisme. Hal ini tidak terlepas dari pendapat-pendapat ahli dan penjelasan dari beberapa sumber referensi. Berikut penjabarannya:
a.       Behaviorisme
Aliran behavioristik menganggap bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, disebabkan oleh stimulus eksternal. Mereka melihat pikiran sebagai ”kotak hitam”, respons terhadap suatu stimulus dapat diamati secara kuantitatif, dengan mengabaikan pengaruh proses berfikir yang terjadi di pikiran. Atkins (1993) menyoroti empat aspek yang relevan untuk merealisasikan materi e-learning berkaitan dengan pemikiran behavioristik:
a)      Bahan ajar sebaiknya dipecah menjadi langkah-langkah instruksional yang dihadirkan secara deduktif, yaitu dimulai dengan rumus, hukum, kategori, prinsip, definisi, dengan memberikan contoh-contoh untuk meningkatkan pemahaman.
b)      Perancang harus menetapkan urutan pengajaran dengan menggunakan percabangan bersyarat ke unit instruksional lain. Umumnya, kegiatan diurutkan dari mudah ke sukar atau kompleks.
c)      Untuk meningkatkan efisiensi belajar, siswa diminta mengulangi bagian tertentu maupun mengerjakan tes diagnostik. Meskipun demikian, perancang dapat juga mengijinkan siswa memilih pelajaran berikutnya, yang memungkinkan siswa mengontrol proses belajarnya sendiri.
d)     Pendekatan behavioristik menyarankan untuk mendemonstrasikan ketrampilan dan prosedur yang dipelajari. Siswa diharapkan meningkatkan kemahirannya melalui latihan berulang-ulang dengan umpanbalik yang tepat. Pesan-pesan pemberi semangat digunakan untuk meningkatkan motivasi.
Secara keseluruhan, behaviorisme merekomendasi pendekatan terstruktur dan deduktif untuk mendesain bahan ajar, sehingga konsep dasar, ketrampilan, dan informasi faktual dapat cepat diperoleh siswa. Implikasi lebih jauh terhadap e-learning adalah belajar secara nyata, memilah-milah bahan ajar, mengakses tingkat prestasi, dan memberikan umpan balik.
b.      Kognitivisme
Teoretikus kognitif mengakui bahwa banyak pembelajaran yang melibatkan asosiasi-asosiasi yang terbentuk melalui hubungan dan pengulangan. Mereka juga mengakui pentingnya penguatan, meski mereka menekankan perannya dalam memberikan umpan balik tentang kebenaran respons atas perannya sebagai motivator (Mark K. Smith, 2009: 81).
Aliran kognitif menganggap bahwa belajar merupakan proses internal yang melibatkan memori, motivasi, refleksi, berfikir, dan meta kognisi. Psikologi kognitif meliputi proses belajar dari pemrosesan informasi, dimana informasi diterima di bermacam-macam indera, ditransfer ke memori jangka pendek dan jangka panjang. Informasi menjalani aliran transformasi dalam pikiran manusia sampai informasi tersebut tersimpan secara permanen di memori jangka panjang dalam bentuk paket-paket pengetahuan. Perancang instruksional harus memikirkan aspek-aspek berikut untuk merealisasi materi E-Learning.
a)      Strategi pembelajaran sebaiknya meningkatkan proses belajar dengan mendayagunakan semua indera, memfokuskan perhatian siswa melalui penekanan pada informasi penting, dan menyesuaian dengan level kognitif siswa.
b)      Perancang instruksional sebaiknya mengaitkan informasi baru dengan informasi lama yang telah ada di memori jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan awal untuk mengaktifkan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk materi ajar baru.
c)      Bahan ajar sebaiknya memasukkan aktivitas untuk gaya belajar yang berbeda-beda.
d)     Siswa perlu dimotivasi untuk belajar melalui strategi belajar yang menstimulasi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
e)      Strategi pembelajaran sebaiknya mendorong siswa menggunakan ketrampilan meta kognitifnya dengan cara merefleksi apa yang mereka pelajari.
f)       Strategi pembelajaran sebaiknya menghubungkan materi ajar dengan situasi riil, sehingga siswa dapat mengaitkan pengalaman mereka sendiri.
Secara keseluruhan, perancang instruksional harus memikirkan mulai dari perbedaan aspek-aspek gaya belajar sampai motivasi, kolaborasi maupun meta kognitif. Pendekatan berfokus pada kognitif sesuai untuk mencapai tujuan belajar tingkat tinggi. Kelemahannya adalah jika siswa tidak mempunyai pengetahuan prasyarat.
c.       Konstruktivisme
Aliran konstruktivisme menganggap bahwa siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman belajarnya sendiri. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. (C. Asri Budiningsih. 2008: 58)
Dalam konstruktivistik, belajar dapat dilihat sebagai suatu proses yang aktif, dan pengetahuan tidak dapat diterima dari luar mapun dari orang lain. Siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan bukan diberi pengetahuan melalui pembelajaran. Perancang instruksional harus memikirkan aspek-aspek berikut untuk merealisasi materi e-learning:
a)      Siswa diberi kesempatan melakukan aktivitas seperti menerapkan informasi pada situati riil, memfasilitasi penafsiran personal terhadap materi ajar, mendiskusikan topik-topik dalam kelompok.
b)      Untuk mendorong siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, guru harus memberikan pembelajaran online yang interaktif. Siswa harus mempunyai inisiatif untuk belajar dan berinteraksi dengan siswa lain.
c)      Sebaiknya digunakan strategi pembelajaran kolaboratif. Bekerja dengan siswa lain memberikan siswa pengalaman riil dan memperbaiki ketrampilan meta kognitif mereka.
d)     Siswa sebaiknya diberi waktu untuk merefleksikan materi ajar. Pertanyaan pada materi ajar dapat digunakan untuk meningkatkan refleksi.
e)      Belajar sebaiknya dibuat bermakna dan ilustratif dengan cara memberikan contoh-contoh dan studi kasus. Disamping itu, aktivitas sebaiknya mendorong siswa menerapkan materi ajar.
f)       Ketika belajar memfokuskan pada pengembangan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baru, e-learning menghadapi masalah yaitu tujuan belajar psikomotorik, afektif, dan berfikir tingkat tinggi sulit dicapai dalam fase belajar virtual. Maka disarakan memberikan cara lain seperti aktivitas sosial maupun interaksi dengan siswa lain, belajar berbasis konteks, penilain kinerja untuk mengatasi masalah tersebut.
Dari pemaparan ketiga teori di atas, kelompok Kami berpendapat bahwa Teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme melandasi pengembangan desain pembelajaran jarak jauh. Teori behaviorisme menjadi rujukan dalam mengembangkan desain pembelajaran khususnya dalam bentuk pemberian umpan balik dalam latihan soal dan petunjuk praktis dalam tugas.  Teori kognitivisme menjadi acuan dalam mengembangkan dan mengorganisasi materi serta aktivitas pembelajaran. Mengacu pada teori kognitivisme, maka materi dan aktivitas pembelajaran  didesain agar pembelajaran memiliki makna bagi diri peserta didik, dan menumbuhkan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Teori konstruktivisme menjadi inspirasi dalam mengembangkan bahan ajar, tugas dan diskusi agar mengandung muatan-muatan yang bersifat kontekstual dan memberikan pengalaman belajar peserta didik.





C.    Penerapan/Sintaks Model Pembelajaran e-Learning
Berikutinisintaks model pembelajaran e-learning:
1.      Mempelajarimaterimelalui file yang disediakanolehpendidik
(filePdf, doc, ppt, html, swf, flv, dll). Siswajugadapatmencarimateri yang masihberhubungandenganmateri yang diberikanoleh guru.
2.      Memperdalammaterimelalui tutorial online (forum diskusi, chatting, konferensi)  dan tutorial tatapmuka
3.      Mempraktekkan/Menerapkanmelaluikegiatanpraktek live (sinkronous live) danmengerjakantugas (assignment)
4.      Mengukurpenguasaanmelaluikuisdan test akhir

D.    KelebihandanKekurangan Model Pembelajaran e-Learning
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh . beberapa kelebihan tersebut antara lain:
a.       Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b.      Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
c.       Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d.      Bilasiswamemerlukantambahaninformasi yang berkaitandenganbahan yang dipelajarinya, iadapatmelakukanakses di internet secaralebihmudah.
e.       Baik guru maupunsiswadapatmelakukandiskusimelalui internet yang dapatdiikutidenganjumlahpeserta yang banyak, sehinggamenambahilmupengetahuandanwawasan yang lebihluas.
f.       Berubahnyaperansiswadari yang biasanyapasifmenjadiaktif;
g.      Relatiflebihefisien.
Walaupundemikianpemanfaatan internet untukpembelajaranatau e-learning jugatidakterlepasdariberbagaikekurangan.Berikutbeberapakekurangan e-learning.
a.       Kurangnyainteraksiantara guru dansiswaataubahkanantarsiswaitusendiri. Kurangnyainteraksiinibisamemperlambatterbentuknya values dalam proses belajardanmengajar;
b.      Kecenderunganmengabaikanaspekakademikatauaspeksosialdansebaliknyamendorongtumbuhnyaaspekbisnis/komersial;
c.       Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
d.      Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
e.       Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
f.       Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer);
g.      Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
h.      Kurangnyapenguasaanbahasakomputer.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasandiatasdapat kami simpukanbahwa :
1.      Padadasarnya model pembelajaran e-learning adalah model pembelajaran yang menciptakanpengalamanbelajardenganmendayagunakanteknologiinformasidankomunikasisecaratepat.
2.      Tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning, yaitu:
-          e-Learning bersifat jaringan
-          e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet.
-          e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas.
3.      Secarafilosofise-Learningdapatdipandangsebagai:
-          e-Learningmerupakanpenyampaianinformasi, komunikasi, pendidikan, pelatihansecara on-line.
-          e-Learningmenyediakanseperangkatalat yang dapatmemperkayanilaibelajarsecarakonvensional (model belajarkonvensional, kajianterhadapbukuteks, CD-ROM, danpelatihanberbasiskomputer) sehinggadapatmenjawabtantanganperkembanganglobalisasi.
-          e-Learningtidakberartimenggantikan model belajarkonvensional di dalamkelas, tetapimemperkuat model belajartersebutmelaluipengayaan content danpengembanganteknologipendidikan.
4.      Ada tiga teori belajar utama yang digunakan sebagai dasar pembelajaran jarak jauh (E-Learning) yaitu behaviorisme, kognitivisme dan konstrukstivisme



SUMBER

http://www.tonybates.ca/2008/07/07/e-learning-journals/



No comments:

Post a Comment

< semua adalah sama benar dan menarik tak ada yang berbeda >