BAB I
PENDAHULUAN
Kita ketahui bahwa
sebenarnya sejak dulu teknologi digital sudah ada dan manusia sudah menggunakan
teknologi digital dan pada hakekatnya perilaku manusia adalah untuk
berkomunikasi seperti yang di kemukakan Colin Cherry (1957). Komunikasi adalah
suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling mengunakan komunikasi dengan
tujuan untuk mencapai pengertian bersama yang lebih baik mengenai masalah yang
penting bagi semua pihak yang bersangkutan. Teknologi digital adalah produk
yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja atau
struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan
seseorang. Bisa di sebut bahawa teknologi digital berupa sarana manusia dalam
berkomunikasi secara sosial
Manusia menggunakan
teknologi digital karena manusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari
masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya dan ingin menjalin
hubungan dengan masyarakat sosial lainnya. Namun Perkembangan teknologi digital
komunikasi memiliki dampak positif dan negatif. Postif dengan ada nya teknologi
digital lahirlah inovasi-inovasi baru yang mempermudah hidup manusia, dan
terjadilah perkembangan ilmu pengetahuan, karena teknologi digital lahir dari
sebuah ilmu. Secara negatif teknologi digital komunikasi memberikan dampak pada
kehidupan sosial, ketika norma-norma yang berlaku tidak sesuai lagi dengan yang
ada saat ini, seringnya terjadi kejahatan teknologi digital yang merugikan
masyarakat tidak hanya itu dampak teknokom bisa merusak moral dan akhlak kita.
Sadari bahwa dampak
yang terjadi pada kehidupan sosial masyarakat, karena teknokom, membuat
masyarakat kurang peka terhadap kehidupan masyarakarakat kehadiran teknologi
digital informasi telah mengurangi intensitas tatap muka yang terjadi dalam
organisasi ataupun sosial masyarakat. Kita sebagai manusia yang pandai tau
betul mana yang harus kita ambil dalam memaknai teknologi digital komunikasi
ini dalam hidup.
Perkembangan dunia
teknologi digital khususnya komunikasi tentunya telah banyak membantu
berjuta-juta penduduk dunia untuk saling terhubung antara yang satu dengan yang
lainnya. Bahkan semakin lama, kita dapat berkomunikasi dengan teman, keluarga
maupun relasi bisnis kita dengan harga yang murah dan dengan kualitas yang cenderung
meningkat.
Jika kita mengingat
komunikasi dengan waktu efektif pada jaman dulu, suatu hubungan antar manusia
bisa dijalin ketika mereka telah berkomunikasi dengan waktu yang efektif
sehingga bisa mempertukarkan nilai-nilai, makna, dan pemahaman tentang dunia.
Namun, semenjak telepon
pertama ditemukan, komunikasi mulai mengalami pergeseran karena sejak saat itu
komunikasi tidak harus disertai dengan pertemuan secara langsung. Hal-hal
diatas menjadi bencana, ketika manusia tidak lagi mampu menguasai teknologi
digital yang digunakannya sehingga menimbulkan sifat addict. Kehidupan kemudian
dikuasai oleh penggunaan teknologi digital dimanapun, tanpa mengindahkan
batasan-batasan sosial dan norma yang berlaku. Karena seharusnya sebagai
seorang pencipta, kitalah yang memanfaatkan teknologi digital sesuai dengan
kebutuhan kita, bukannya malah menjadi tergantung dan tidak bisa hidup tanpa
adanya teknologi digital.
Sisi positif dari teknologi
digital juga ada, seperti pengenalan hal-hal yang dulu tidak bisa diajarkan
kepada anak-anak sehingga anak-anak saat ini terbiasa menerima informasi yang
beraneka ragam, terbiasa berwawasan luas. Teknologi digital komunikasi juga
membuat cara untuk mendidik menjadi semakin banyak. Mulai dari games, simulasi,
ebook, dan lain-lain, semuanya tersedia tergantung apa yang diinginkan oleh
orang tua. Serta masih banyak contoh-contoh kecil, namun nyata yang membuktikan
besarnya pengaruh perkembangan teknologi digital komunikasi terhadap sosial dan
kebudayaan kita. Semuanya menjadi berwarna dan penuh dengan impian. Impian yang
setinggi langit itu diawali oleh langkah Graham Bell, untuk membuat alat
komunikasi jarak jauh pertamanya. Suatu langkah kecil, yang membawa perubahan
untuk semesta alam.
Namun dari sekian banyak dampak
postif yang sedikit telah dijelaskan secara sederhana diatas, tentu saja
perkembangan teknologi digital komunikasi mempunyai dampak negatif yang harus
diwaspadai. Seperti hilangnya norma-norma yang selama ini berlaku karena dengan
perkembangan teknologi digital dunia komunikasi berbagai budaya dari beragam
negara yang sekiranya tidak cocok diterapkan di Indonesia bisa dengan mudah
masuk dan diterapkan oleh masyarakat. Serta kita tidak dapat menjamin
kerahasiaan pesan yang akan disampaikan karena adanya jenis kejahatan yang
berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi digital seperti pembobolan
informasi yang dilakukan oleh para hackers.
Sumber :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Pesawat Pemancar dan
Penerima TV
Televisi adalah sebuah media
telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak
beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata
"televisi" merupakan gabungan dari kata tele ("jauh") dari
bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga
televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan
media visual/penglihatan.” Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga
dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi",
ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan
penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia
'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve
ataupun tipi.)
Pada saat industri dan teknologi
pesawat radio menjadi mapan, para peneliti dibidang elektronika sibuk mencari
temuan-temuan baru dibidang tersebut, yaitu televisi. Gagasan pemancaran dan
penerimaan siaran televisi untuk pertama kali muncul dalam cerita fiksi ilmiah
dalam tahun 1880-an. Dalam tahun 1884 seorang peneliti Jerman yang bernama Paul
Nipkow mengembangkan sebuah teknologi yang disebut teknologi cakram berputar
(rotating-disc technology) untuk mengirimkan gambar melalui kabel. Pada tahun
1888, peneliti bernama Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan
cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD.
tapi ini belum diterapkan pada saat itu. Teknologi ini mendominasi tahun-tahun
awal penelitian tentang televisi, tetapi kemudian mulai ditinggalkan karena
dianggap tidak praktis. Pesawat televisi elektronik pertama muncul setelah
tahun 1927, yaitu ketika seorang peneliti berkebangsaan Amerika yang bernama Philo
T. Farnsworth mengembangkan tabung “dissector”.
Dalam tahun 1928 drama
televisi pertama ditayangkan melalui pemancar eksperimen di Schenectady, New
York. Selama kurun waktu tahun 1930-an Sarnoff yang kemudian menjadi presiden
perusahaan RCA mengembangkan teknologi televisi. Pada saat itu ia mengangkat
seorang ahli fisika Berkebangsaan Amerika keturunan Rusia yang bernama Vladimir
Zworykin untuk melanjutkan penelitian dan perbaikan kamera televisi. Pesawat 7
televisi pertama yang berhasil dibuat adalah pesawat TV hitam putih dan
berukuran 13 cm (kira-kira 5 inci). Perkembangan teknologi pesawat TV hampir
terhenti pada awal tahun 1940-an karena adanya perang dunia kedua.
Sebelum kita
mempelajari prinsip kerja penerima TV, ada baiknya mengetahui sedikit tentang
perjalanan objek gambar yang biasa kita lihat dilayar TV. Gambar yang kita
lihat adalah hasil produksi dari sebuah kamera. Objek gambar yang ditangkap
lensa kamera akan dipisahkan menjadi tiga warna primer yaitu merah (Red) ,
hijau (Green) , dan biru (Blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar
TV (Transmitter) berupa sinyal krominan, sinyal luminan dan sinkronisasi.
Selain gambar, pemancar
televisi juga membawa sinyal suara yang ditransmisikan bernama sinyal gambar.
Gambar dipancarkan dengan system amplitudo modulasi (AM), sedangkan suara
dengan frekuensi modulasi (FM). Kedua sistem ini digunakan untuk menghindari
derau (noise) dan interferensi. Kedua sinyal informasi diatas dimodulasikan
dengan RF Carrier dan dipancarkan ke angkasa melalui antena. Setelah perang
dunia kedua selesai, teknologi televisi berkembang dengan pesat sampai tahun
1948. Pada saat itu ruang frekuensi untuk pemancar televisi pada gelombang VHF
(very high frequency, untuk gelombang 2-13(174 - 230 MHz) ) mulai penuh, sehingga
para peneliti harus mencari jalan keluar untuk masalah ini. Kemudian pada tahun
1952 disepakati bahwa tambahan ruang frekuensi untuk pemancar televisi dibuka
pada jalur gelombang UHF (Ultra High Frequency, untuk gelombang 14-83(470 - 862
MHz)). Pada tahun 2000-an, masing-masing jenis teknologi layar semakin
disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir
yang lebih sempurna dari sebelumnya. Pada tahun 2008 dan seterusnya, menyusul
perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan Eropa, Indonesia
juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital Television/DTV)
adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi untuk
menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.
Ada tiga sistem
pemancar TV di dunia, yaitu :
a). National Television
System Committee (NTSC) digunakan di USA.
b). Phases Alternating
Line (PAL) digunakan di Inggris.
c). Sequential Couleur
a’Memorie (SECAM) digunakan di Prancis.
Indonesia menggunakan
sistem PAL B. Hal yang membedakan sistem tersebut adalah format gambar, jarak
frekuensi pembawa gambar dan pembawa suara
B. Perbedaan TV analog dengan digital
Transisi dari pesawat televisi analog
menjadi pesawat televisi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar
televisi dan penerima siaran televisi. Agar dapat menerima penyiaran analog,
diperlukan pesawat TV digital.
Namun, jika ingin tetap
menggunakan pesawat penerima televisi analog, penyiaran digital dapat ditangkap
dengan alat tambahan yang disebut rangkaian konverter (Set Top Box). Sinyal
siaran digital diubah oleh rangkaian konverter menjadi sinyal analog, dengan
demikian pengguna pesawat penerima televisi analog tetap bisa menikmati siaran
televisi digital. Dengan cara ini secara perlahan-lahan akan beralih ke
teknologi siaran TV digital tanpa terputus layanan siaran yang digunakan selama
ini.
Proses transisi yang
berjalan secara perlahan dapat meminimalkan risiko kerugian terutama yang
dihadapi oleh operator televisi dan masyarakat. Resiko tersebut antara lain
berupa informasi mengenai program siaran dan perangkat tambahan yang harus
dipasang tersebut. Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi analognya
menjadi televisi digital, masyarakat menerima siaran analog dari pemancar
televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi operator televisi,
risiko kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur televisi digital
terestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan membangun
infrastruktur televisi analog. Operator televisi dapat memanfaatkan
infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini seperti studio,
bangunan, sumber daya manusia dan lain sebagainya.
Apabila operator
televisi dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV digital.
Penerapan pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada akhirnya
menyebabkan operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Di
kemudian hari, penyelenggara penyiaran televisi digital dapat dibedakan ke
dalam dua posisi yaitu menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi.
Perbedaan TV Digital
dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim tranmisi pancarannya.
- TV
analog : dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier
- TV digital : data gambar atau suara
dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan
- Jika TV analog signalnya lemah
(semisal problem pada antena) maka gambar yang diterima akan banyak ‘semut’.
- Pada TV digital yang terjadi adalah bukan
‘semut’ melainkan gambar yang lengket seperti kalau kita menonton VCD yang
rusak.
- Jika pada TV analog satu pemancar
dengan pemancar lainnya harus dengan frekwensi berbeda.
- Jika dengan mode Digital, satu
frekwensi bisa memancarkan banyak siaran TV.
C. Prinsip Pembentukan Gambar Pada Pesawat
Penerima Televisi.
Gambar pada pesawat televisi dibentuk
oleh sebuah pola kumpulan titik-titik yang bersatu untuk membentuk sebuah
gambar yang lengkap. Titik-titik tersebut muncul pada layar televisi satu demi
satu dalam selang waktu yang sangat singkat (frekuensi yang sangat tinggi).
Pemcahan gambar menjadi deretan titik-titik kecil ini dilaksanakan melalui
sebuah teknik yaitu “scanning” (penyapuan). Mata dari scanner menyapu sebuah
gambar secara keseluruhan dalam cara yang sama seperti mata seorang pembaca
melihat halaman buku, kata demi kata, baris demi baris. Scanner tersebut
membangkitkan sinyal listrik yang sebanding dengan kecerahan titik-titik yang
di “scan”. Bermacam-macam jenis teknik Scanning (baik secara mekanik maupun
elektronik) telah banyak dicoba dan diterapakan dalam pengembangan teknologi
televisi ini. Hampir semua pesawat televisi
Modern menggunakan berkas elektron
sebagai scanner. Kelebihan scanning dengan berkas elektron ini adalah bahwa
berkas elektron tersebut dapat digerakan dengan kecepatan (frekuensi) yang
sangat tinggi dan dapat menyapu (men-“scan”) sebuah gambar secara keseluruhan
dalam waktu yang sangat singkat. Bentuk yang disederhanakan dari lintasan
berkas elektron dalam menyapu gambar secara keseluruhan. Garis lurus yang utuh
menyatakan lintasan berkas elektron di atas permukaan gambar dan garis
putus-putus menyatatakan perioda “flyback” atau “retrace”. Selama perioda ini
berkas elektron dihapus.
Proses scanning sebenarnya yang
terjadi dalam pesawat televisi melibatkan sejumlah besar garis-garis
horizontal.Sebuah scanning yang lengkap menghasilkan sebuah pola gambar diam
yang mirip dengan sebuah frame gambar film bergerak. Jika sebuah pola gambar
diulang ratusan kali per detik maka pola gambar itu akan tampak bergerak secara
halus (tidak terpotong-potong). Makin banyak jumlah garis horizontal yang
digunakan dalam sebuah pesawat televisi makin baik tampilan gambar yang
ditunjukkan oleh pesawat televisi itu. Dalam sebuah pesawat televisi, frekuensi
pengulangan sebuah gambar dan jumlah garis scanning yang digunakan harus di
standarisasi untuk setiap sistem yang digunakan di suatu negara untuk pemancar
dan penerima. Sebagai contoh, di Amerika serikat, pemancar dan penerima
menggunakan standar jumlah garis sebanyak 525 garis horizontal per frame dan
dengan frekuensi 30 frame per detik. Dengan cara yang sama, jumlah elemen
gambar dalam setiap garis horizontal dibatasi oleh frekuensi gelombang
(“chanel”) sampai 330 elemen per garis. Hasilnya adalah sebuah gambar
(bayangan) yang 9 terdiri atas 173.000 elemen untuk sebuah “frame”;
Elemen-elemen ini diulang 30 kali per detik (dengan frekuensi 30 Hz) untuk
menghasilkan 7 juta elemen gambar yang terpancar per detik.
BAB III
KESIMPULAN
Sebelum kamera
ditemukan, orang membuat gambar dengan melukis atau menggambar. Itu membutuhkan
waktu dan bisa tidak akurat. Ditemukannya kamera obskura merupakan tonggak
perubahan adanya kamera yang kita manfaatkan saat ini. Kamera memungkinkan
orang untuk membuat catatan visual dari kehidupan mereka dan kejadian penting.
Tiba-tiba orang bisa melihat foto-foto suatu tempat yang jauh. Kamera membawa
seluruh dunia menjadi lebih dekat dan terbayangkan. Foto-foto mulai
mempengaruhi orang-orang dan berpendapat tentang dunia. Kamera membawa
perubahan besar pada kehidupan. Saat ini, untuk mencetak sebuah gambar pada
kertas foto sudah tidak menggunakan kertas film lagi. Kini kamera modern yang
disebut kamera digital menggunakan proses elektronik dan menyimpan gambar hasil
pemotretan pada sebuah kartu (memory card). Hasil foto bisa dilihat secara
langsung secara digital tanpa harus melalui proses pencetakkan terlebih dahulu.
Sampai sekarang cara kerja kamera modern masih dikembangkan oleh setiap
produsen kamera